TEDEK SONGON INDAHAN DI BALANGA: SUATU KAJIAN TENTANG TAUTAN PRINSIP TRANSPARANSI DENGAN KEARIFAN LOKAL BATAK PADA PENGELOLAAN GEREJA
Kata Kunci:
gereja, tata kelola yang baik, umpamaAbstrak
Abstract
This article contains a reflective study exploring the possibility of intersection between modern management concepts and local wisdom values in church management. Modern management concept in this study is represented by one principles of good corporate governance, namely the principle of transparency. Meanwhile, the representation of local wisdom studied comes from oral traditions, umpama, in Toba Batak culture. The principles of good corporate governance can actually increase the sense of trust of stakeholders in the management of the organization, so that it has an impact on improving overall organizational performance. Meanwhile, in the Toba Batak community, these values can basically create order and harmony in life within the community, so that if it’s not implemented, can cause divisions and even result in the emergence of prolonged conflict. The intersection of good corporate governance principles with Batak local wisdom values simultaneously seems to be able to be used in church management, because the intersection between modern management principles and local wisdom values essentially both discuss issues of openness, anti-corruption and maintaining mutual trust. The principles of good governance and umpama Batak values can be applied in church management so that it’s better understood and internalized by ministers and congregations to improve services. The principles of good governance as a modern management concept can in fact be increasingly understood and internalized by ministers and congregations because the values have long been inherited from generation to generation.
Abstrak
Tulisan ini berisi kajian reflektif tentang penelusuran kemungkinan adanya interseksi (tautan) antara konsep manajemen modern dengan nilai kearifan lokal dalam pengelolaan gereja. Pemikiran manajemen modern pada studi ini direpresentasikan oleh satu prinsip good corporate governance, yakni prinsip transparansi. Sementara representasi kearifan lokal yang dikaji bersumber dari tradisi lisan umpama, dalam budaya Batak Toba. Prinsip tata kelola organisasi yang baik sejatinya dapat meningkatkan rasa percaya dari para stakeholder bagi pihak pengelola organisasi sehingga berdampak pada peningkatan kinerja organisasi secara menyeluruh. Sementara itu, dalam komunitas masyarakat Batak Toba, nilai-nilai tersebut pada dasarnya dapat menciptakan keteraturan dan keharmonisan pada kehidupan di lingkungan komunitas, sehingga jika tidak diterapkan dapat menimbulkan perpecahan bahkan berakibat pada munculnya konflik berkepanjangan. Interseksi prinsip good corporate governance dengan nilai kearifan lokal Batak secara simultan tampaknya dapat digunakan dalam pengelolaan gereja, sebab tautan antara prinsip manajemen modern dan nilai kearifan lokal pada hakikatnya sama-sama membincangkan persoalan keterbukaan, anti korupsi, dan menjaga rasa saling percaya. Prinsip-prinsip tata kelola yang baik dalam perjumpaannya dengan nilai-nilai umpama Batak dapat diterapkan dalam pengelolaan gereja agar lebih dimengerti dan dihayati oleh para pelayan dan jemaat untuk meningkatkan pelayanan. Prinsip tata kelola yang baik sebagai buah pikiran manajemen modern nyatanya dapat semakin dipahami dan dihayati oleh para pelayan dan jemaat sebab nilai-nilai umpama telah lama diwarisi secara turun-temurun.
